Tuesday, March 24, 2015

Bayi Mogok Makan alias GTM

GTM atau Gerakan Tutup Mulut, biasa sering terjadi pada bayi di rentang umur 8 bulan - 10 Bulan. Dimana biasanya si bayi tidak mau makan, bahkan menolak mentah-mentah makanannya. Ia tidak mau membuka mulutnya serta memalingkan wajahnya.
Ada beberapa hal yang kemungkinan bisa menyebabkan GTM , diantaranya :
1. Masa tumbuh gigi
2. Bosan dengan tekstur halus
3. Perbedaan kenaikan tekstur makanan yang drastis
4. Sempat 'tercolek' makanan /minuman lain yang ditambah gula-garam
5. Bosan dengan suasana makan
6. Trauma makan/sendok
7. Sakit/tidak enak badan
Masa Tumbuh Gigi
Saat gigi pertamanya tumbuh menggeliat merobek gusinya yang lembut, tentu terjadi ketidaknyamanan, entah itu gusi sakit, badan panas, dll. Tentunya ini membuatnya malas makan. Biasanya gigi bayi mulai tumbuh di 7/8 bulan, tapi ada juga yang sudah bergigi di usia 5 bulan tergantung masing-masing anak.
Bagaimana Solusinya?
Jadi, kalau bayi menolak makanannya coba cek gusinya. Apakah ada yang kemerahan? bila YA, maka cobalah membuat makanan yang lebih encer. Berikan makanan 'penyaman' seperti buah dingin yang bisa digigit-gigit, es loli dari susu, jus/puree buah manis dan dingin.
Bosan Dengan Tekstur Halus
Ini unik, dan perlu kejelian Ibu untuk mengetahui hal ini. Mungkin dia bosan dengan tekstur makanannya yang terlalu 'bayi', jadi cobalah naik tekstur, berikan makanan dengan tekstur lebih kasar. Tidak perlu terlalu khawatir dengan masalah peningkatan tekstur ini.
Selama tidak ada masalah pencernaan seperti diare, sembelit dan berat badan tetap bertambah, berikan tekstur yang disukai bayi. Kadang memang bayi perlu tantangan dalam acara makan-makannya.
Perbedaan Tekstur Makanan Yang Drastis
Ini kebalikan dengan yang atas, kalau yang ini biasanya ibunya yang ingin cepat-cepat mengenalkan tekstur baru pada bayi atau mungkin mengikuti usianya, padahal si bayi masih ingin menikmati tekstur lama makanannya yang lebih lembut dan lebih cair. Perubahan tekstur makanan selain harus mengecek 'pertanda' dari bayi, juga harus dilakukan bertahap. Jika ia GTM karena alasan ini, sementara ikuti dulu keinginan si bayi, asal terus dicoba secara bertahap untuk menaikkan teksturnya.
Ter'colek' Makanan Yang Ditambah Gula/Garam
Coba diingat2 apakah belakangan si kecil ada mencicipi makanan yang lebih memiliki rasa dibanding makanan biasanya? Jika ya, mungkin ia ketagihan dan ingin makanannya seperti itu lagi. Jika hal ini terjadi, mungkin Moms bisa mengalah dengan cara menambah sedikit garam ke makanannya, namun secara bertahap kurangi lagi penggunaannya hingga ia lupa. Mungkin dalam waktu seminggu moms bisa membuat makanannya bisa kembali bebas gulgar.
Bosan Dengan Suasana Makan
Pasti ada kalanya si kecil bosan dengan acara dan suasana pada saat makan. Entah bosan dengan ritual, lokasi dll.
Memang sangat baik membiasakan anak makan dengan posisi duduk (di highchair/stroller) menghadap meja makan. Tapi terkadang hal ini menjadi hal yang membosankan. Cobalah ganti suasana, dimulai dari lokasi , bisa diteras atau di ruang tamu, atau ganti perabot makannya dengan yang lebih colourful dan menarik. Yang penting biarkan ia bereksplorasi hingga menemukan kembali selera makannya.
Trauma Sendok
Kemugkinan terjadi karena beberapa faktor:
-  dipaksa minum obat
-  dipaksa disuapi makanan
Anak yang dipaksa minum obat dengan sendok, sampai dicekoki segala macam bisa membuatnya trauma melihat sendok dan nggak mau buka mulut walaupun isinya bukan obat. Jadi, ada alternatif lain memberikan obat pada anak, yaitu menggunakan pipet dan harus dibujuk baik-baik.
Atau bisa jadi karena dipaksa makan. Maksudnya, si anak sedang tidak mood makan/ sudah kenyang lalu dipaksa makan dengan cara menjejakan sendok secara paksa ke mulut kecilnya. Atau, belum selesai mengunyah dipaksa membuka mulut atau sendok sudah siap di depan mulutnya.
Jika hal ini terjadi, terpaksa memulai dari awal lagi. Mencoba membujuk makan tanpa sendok, lalu pelan-pelan diajarkan menggunakan sendok, biarkan anak memegang sendoknya untuk mainan, sementara kita memegang sendok lain untuk menyuapi. Atau gunakan alat makan bentuk lain selain sendok yang biasa ia kenali.
Sakit/Tidak Enak Badan
Saat bayi sakit, ternyata memang perlu diberikan makanan yang lebih cair. Kalaupun ia ingin menyusu saya ya berikanlah. Beri perawatan yang tepat dan menyamankan, termasuk makanan yang menyamankan. Misalnya sup ayam cair hangat untuk anak pilek.
Biasanya bayi dibawah setahun sering pegal atau keselo tanpa kita sadari, karena perkembangan motorik kasar seperti belajar merangkak-memanjat-berjalan dll bisa membuatnya merasa pegal dan tidak nyaman. Alternatifnya bisa dipijit, dan biasakan sedikit memijit pelan kaki atau tangannya setelah ia selesai beraktivitas.
Jadi, cari tahu penyebab GTM nya ya Moms, dan kuncinya adalah bersabar dan tetap berusaha agar asupan gizi si kecil tetap terjaga.
Sumber : mamakukokihandal.com edited by bayi365

Sunday, March 22, 2015

Manfaat Berenang untuk Bayi

Meskipun masih bayi, bukan berarti si kecil tidak bisa diajak berenang. Prioritaskan manfaat berenang tersebut ketimbang memikirkan apa dampak buruknya jika anak diajari berenang sejak bayi.
Pelatih renang profesional asal Australia, Laurie Lawrence mengungkapkan, ada banyak manfaat dari mengajarkan anak berenang sejak dini. Selain membuatnya terbiasa dengan air sehingga mengurangi risiko dirinya tenggelam, berenang sejak dini juga berguna untuk perkembangan dan pertumbuhan si anak.
"Anak-anak selama sembilan bulan berenang di kandungan, jadi memang sudah natural dan kenapa tidak dilanjutkan," jelasnya, seperti dilansir WomansDay.
Berikut manfaat mengajak anak berenang sejak bayi:
1. Anak-anak yang berenang sejak bayi, memiliki perkembangan motorik yang lebih baik. Berenang membuat bayi menggerakkan seluruh tubuh mereka, mulai dari tangan, kaki dan kepala.
2. Anak-anak yang berenang sejak kecil akan terbiasa mengikuti instruksi atau mendengarkan perkataan orang lain. Hal ini membuat kemampuan kognitifnya semakin berkembang. Perkembangan koginitif pada bayi meliputi berpikir, belajar, dan proses pemecahan masalah.
3. Anak-anak yang belajar berenang sejak kecil bisa lebih mudah beradaptasi dan bersosialiasi dengan orang lain. Hal tersebut karena saat berenang, mereka biasanya bertemu dengan anak-anak lain
4. Saat berenang, anak-anak belajar bagaimana orang berbicara saat memberikan instruksi untuk bergerak. Sehingga ke depannya, anak-anak yang belajar berenang sejak bayi kemampuannya berbicara akan lebih cepat berkembang.
5. Berenang secara rutin juga bisa mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur anak.
Agar si kecil tidak jatuh sakit usai berenang, perhatikan beberapa hal berikut:
1. Usahakan anak tidak menelan air kolam renang. Jika sudah mulai besar, ajari anak bagaimana caranya agar tidak menelan air. Biasanya karena menelan air kolam inilah anak jadi terkena kuman dan jatuh sakit.
2. Anak harus mandi sebelum dan sesudah berenang sesegara mungkin. Keringat dan penggunaan tabir surya juga bisa menurunkan kadar kaporit. Oleh karena itu mandi sesudah berenang wajib dilakukan agar kuman tidak menempel di kulit.
3. Jika anak ingin makan saat istirahat berenang, cucilah tangannya terlebih dulu. Cuci tangan dengan sabun yang mengandung desinfektan.
Sumber : detik.com

Monday, March 16, 2015

Tidur Seranjang Bersama Bayi, Amankah?

Banyak pendapat dan tulisan yang melarang bayi tidur dalam satu kasur/ranjang dengan orangtuanya. Alasannya semua sama: terlalu berbahaya. Dikhawatirkan, bayi secara tidak sengaja akan terhimpit oleh orang dewasa yang tidur bersamanya. Seandainya terhimpit oleh tangan saja, ini bisa berakibat fatal, karena bisa membuat bayi sulit bernapas dan ujung-ujungnya bisa berakhir dengan kematian.
Pada prakteknya, banyak orangtua di negeri kita yang selama ini sangat senang membawa bayinya untuk tidur berdekatan dengannya, dalam satu kasur. Walaupun banyak pihak (terutama dari dunia kedokteran modern) yang menentang kebiasaan ini, namun orang-orang yang melakukannya hanya mengganggap semua larangan itu sebagai ‘angin lalu’ saja. Mengapa demikian? Kalau ditanya, ternyata mereka akan menjawab bahwa mereka merasakan banyak manfaat dengan tidur bersama, salah satu diantaranya bayi jadi tidur lebih nyenyak dibandingkan jika ditidurkan terpisah di ranjangnya. Tentu saja ini berarti mereka dapat melalui malam-malamnya dengan tidur nyenyak bebas gangguan. 
Nah, di negara-negara barat sendiri belakangan ini ternyata semakin banyak orangtua yang buka mulut dan mulai bercerita bahwa mereka sudah lama menerapkan tidur bersama bayi seperti ini dan mereka pun merasakan manfaatnya. Diantara yang mendukung praktek ini bahkan sudah mulai banyak yang berasal dari kalangan praktisi kesehatan anak, termasuk Dr. Sears, M.D, pengarang lebih dari 30 buku tentang perawatan anak.
Manfaat Tidur Satu Kasur/Ranjang dengan Bayi
Berikut beberapa manfaat berbagi kasur/ranjang dengan bayi Anda:
1. Bayi akan tidur lebih nyenyak
2. Ibu akan tidur lebih nyenyak
3. Menyusui jadi lebih mudah
4. Membangun ikatan dengan bayi
5. Perkembangan bayi lebih pesat
6. Mengurangi resiko kematian bayi
Secara psikis, tidur satu kasur dengan bayi menggambarkan bahwa Anda menerima bayi Anda sebagai makhluk yang lemah yang memiliki kebutuhan yang besar. Si kecil akan merasa tenang ketika malam hari, karena ia pun tahu Anda berada di dekatnya – ini jelas berbeda jika ia tidur sendiri di dalam ranjangnya.
Begitu pula berkaitan dengan kualitas tidur. Jika bayi tidur terpisah, maka ketika ia menangis, diperlukan proses yang lebih panjang untuk menenangkannya. Sang ibu harus bangun dari kasurnya, menuju ranjang bayi, lalu menenangkannya hingga si kecil tertidur lagi, baru ia bisa kembali ke tempat tidurnya. Coba bandingkan jika ibu dan bayi tidur berdekatan.
Hasil Penelitian
Beberapa manfaat tidur berdekatan dengan bayi dalam satu kasur sebenarnya disimpulkan dari ribuan penelian yang melibatkan ribuan ibu dan bayi, baik yang berlangsung di laboraturium penelitian, maupun berdasarkan angket dan survey.
Ketika ibu tidur bersama bayinya, maka posisi yang paling banyak ditemui adalah berhadap-hadapan, wajah bayi berhadapan dengan wajah sang bunda, dalam jarak yang sangat dekat. Walaupun bayi sesekali berguling menjauh, biasanya ia akan berguling kembali ke hadapan ibunya. Dan ketika ini terjadi, ikatan emosional yang luar biasa terbentuk diantara mereka berdua. Sebuah proses unik yang bahkan ilmu pengetahuan modern pun sulit untuk menjelaskannya 
Namun demikian, ada beberapa kenyataan menarik dalam ‘ritual’ ini:
Pasangan ibu dan bayi yang tidur bersama, ternyata memiliki ritme yang sama dalam banyak hal; ritme napas yang sama, perubahan gerak yang sama, bahkan ketika salah satunya terbatuk, seringkali yang lain akan ikut terbatuk, dan ini dilakukan tanpa terbangun.
Bayi akan menyusu ASI lebih sering dibandingkan jika ia tidur terpisah, namun uniknya hampir seluruh ibu menyatakan bahwa tidur mereka cukup. Ini menggambarkan betapa kuatnya ikatan mereka berdua, sehingga proses menyusui pun berjalan dengan alami, dan ini bisa berjalan dengan baik walaupun di alam bawah sadar.
Bayi yang tidur bersama ibunya biasanya akan menggunakan posisi terlentang atau miring, dan hampir tidak pernah tengkurap. Ini tentu saja mengurangi resiko sulit bernapas ketika tidur.
Keduanya akan sering bersentuhan, sehingga semakin menguatkan rangsangan positif untuk sang bunda dan juga bayinya.
Tips Aman Tidur Bersama Bayi dalam Satu Kasur
1. Secara normal, setiap orang akan bereaksi dalam tidurnya ketika ia menghimpit sesuatu. Tubuhnya akan menyesuaikan agar posisinya nyaman, dan ini berlangsung ketika ia sedang tertidur. Namun demikian, jika Anda orang yang ekstra gemuk dan sedang hilang kesadaran, tentu saja jangan tidur bersama bayi Anda!
2. Siapkan perlak dan popok yang cukup
3, Sebagian pasangan meletakkan bayi di tengah-tengah, antara mereka berdua. Namun bagi sebagian yang lain, bayi diletakkan di posisi yang bersebelahan dengan ibunya. Jika demikian, maka sebaiknya Anda merapatkan kasur ke dinding untuk menghindari bayi terjatuh dari kasur.
4. Jangan melakukannya di sofa atau kasur air, karena justru bisa berakibat negatif
5. Tidur bersama dengan bayi HANYA untuk ayah dan bundanya, bukan untuk selain mereka (apalagi pengasuh).
Tidur bersama bayi Anda dalam satu kasur memang bukan untuk semua orang, tapi lebih kepada pilihan dan gaya masing-masing keluarga. Sebagian besar memilih menunggu hingga bayinya berusia 6 bulan untuk memulainya. 
Sumber : tipsbayi

Mitos & Fakta Seputar Kulit Bayi

Jangan kuatir melihat kulit bayi newborn yang tidak mulus. Berikut mitos yang beredar dan faktanya.
1. Bercak merah di pipi.
ini bukan disebabkan oleh cipratan ASI. Jadi jangan hentikan pemberian ASI pada bayi. Kulit kering, bercak kemerahan, dan gatal yang muncul di kedua pipi adalah dermatitis atopi (eksim susu) yang disebabkan karena makanan, faktor keturunan, keringat, atau alergi debu.
2. Ruam popok. 
Mitosnya, popok sekali pakai (pospak) adalah solusi untuk ibu yang sibuk karena bisa dipakai lama dan tidak perlu menggantinya berulang-ulang. Tasi sesungguhnya, pospak tidak bisa dipakai dalam jangka yang terlalu lama (lebih dari 3 jam) karena bisa mengakibatkan uam popok karena pemakaian popok yang terkontaminasi dengan urin/BAB dalam waktu lama. Ciri-cirinya muncul bintik-bintik berwarna merah dan terasa amat gatal, peradangan dan lecet pada bagian bokong dan lipatan paha.
3. Tanda lahir/Toh (Hemangioma). Mitos mengatakan tanda lahir pada kulit bayi merupakan rejeki dan karenanya mesti dipelihara. Padahal kondisi ini sebenarnya tumor jinak yang diakibatkan karena pertumbuhan pembuluh darah yang berlebihan dan bukan mustahil justru membuat balita merasa minder. Ada dua macam tanda lahir, strawberry hemangioma yang berwarna merah dan yang berwarna kebiruan, disebut kavernosum heamngioma.
4. Kerak pada kulit kepala. Air kelapa, sering dianggap sebagai minuman wajib bagi ibuhamil bila ingin anaknya terlahir “bersih”, bebas dari kerak kepala. Padahal kerak di kepala bayi terbentuk karena terlalu aktifnya kelenjar minyak akibat dari pengaruh hormon ibu. Kondisi ini disebut juga dengan dermatitis seboroik, biasa terjadi pada anak. Bahkan dialami sekitar 50% bayi yang baru lahir. Seiring dengan bertambahnya usia bayi, kerak ini akan menghilang dengan sendirinya
Sumber : ayahbunda